Selasa, 23 Juni 2015



Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat , karunia , dan hidayah-Nya laj kami dapat menyelsaikan Laporan Praktikum Teknik Semi Solid Dan Liquid ini , yaitu “ SUSPENSI – ESTAKLIN “ . Dan kami juga berterima kasih pada Ibu Aries Meryta , S.Farm , Apt selaku Dosen mata kuliah Laporan Praktikum Teknik Semi Solid Dan Liquid yang telah membimbing materi ini kepada kami .
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dan dimengerti. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini masih terdapat kekurangan – kekurangan . Untuk itu , kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang , mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun .
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya . Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan terima kasih .











Jakarta , 22 May 2015

                                                           
                                                                                                                        Penyusun





Daftar Isi
Kata Pengantar           ……………………………………………………    1
Daftar Isi                     ……………………………………………………    2
I.Tujuan Percobaan     ……………………………………………………    3
II.Latar Belakang        ……………………………………………………    3
a.       Teori ……………………………………………………………..     3
b.      Prinsip …………………………………………………………...     4
c.       Zat aktif  : Penggunaan , Farmakologi , Dosis ………………….      10
III.Preformulasi dan permasalahan farmasetika         ……………………    14
a.       Preformulasi zat aktif ……………………………………………     14
b.      Permasalahan farmasetika ……………………………………….     15
IV.Metode                  ……………………………………………………    17
a.       Formula …………………………………………………………      18
b.      Perhitungan ……………………………………………………..      18
c.       Penimbangan ……………………………………………………      19
d.      Prosedur pembuatan   ………………………………………….       19
e.       Alat dan Bahan ……………………………………………….         19
V.Pembahasan            ……………………………………………………………    20
VI.Kesimpulan …………….……………………………………………      20
VII.Daftar Pustaka     ……………………………………………………    21
VIII.Etiket      ……………………………………………………………    22





Pembuatan Dan Evaluasi Sediaan SUSPENSI - ESTAKLIN®

       I.            Tujuan Percobaan
1.      Mahasiswa dapat  mengetahui formulasi dalam pembuatan sediaan suspensi
2.      Mahasiswa mampu menentukan basis suspensi yang sesuai dengan zat aktif nya
3.      Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap sediaan suspensi yang telah dibuatnya

    II.            Latar Belakang
a.      Teori
 Menurut Lachman, Suspensi adalah sistem heterogen dari 2 fase. Fase kontinyu atau eksternal biasanya berupa cairan atau semipadat dan fase terdispersi atau internal terdiri dari bahan partikulat yang tidak larut tetapi terdispersi dalam fase kontinyu, bahan tidak larut dapat ditujukan untuk absorbsi fisiologis atau fungsi penyalutan internal atau eksternal.
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
Menurut DOM  Marthin, Suspensi adalah proses penyiapan bahan homogen yang terdiri dari fase terdispersi atau fase internal yaitu padatan dan fase kontinyu yaitu cairan.
Menurut RPS 18th, Fisika kimia mendefinisikan kata “suspensi” sebagai sistem dua fase yang terdiri dari serbuk terbagi halus yang didispersikan dalam padatan, cairan atau gas.
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan .
Suspensi merupakan termodinamika tidak stabil, dimana terdapat padatan yang tidak larut dari suspensi yang menyebabkan adanya tegangan antarmuka dan memerlukan energi bebas permukaan untuk menstabilkannya sehingga energi besas permukaan tidak sama dengan nol (∆ F≠0).

b.      Macam – Macam Suspensi
1.  Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, yang ditujukan untuk penggunaan oral.
2.   Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam  cairan pembawa cair yang di tunjukkan untuk penggunaan kulit.
3. Suspensi tetes telinga adalah  sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditunjukan untuk di teteskan pada telinga bagian luar.
4.  Suspensi oflamik adalah sedian cair steril yang mengandung partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
5.  Suspensi untuk injeksi terkontitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi. Steril setelah penambahan bahan yang sesuai

Syarat – syarat Suspensi
Ø   Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intrarektal
Ø  Suspensi yang dinyatakan untuk di gunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba.
Ø  Suspense harus di kocok sebelum digunakan
Ø    Suspensi harus disimpan dalam wadahtertutup rapat.

Ø  Suspensi terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
Ø  Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
Ø  Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
Ø  Keketalan suspense tidak boleh terlalu tinngi agar mudah di kocok dan di tuang.

Ø  Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspenoid    tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan
Ø   Partikel padatan fase dispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap
Ø  Kadar surfaktan yang digunakan tidak boleh mengiritasi atau melukai kulit



Keuntungan dan Kerugian Suspensi
a)      Keuntungan sediaan suspensi, antara lain :
1.      Bisa digunakan untuk partikel / bahan obat yang tidak larut
2.      Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan dapat dibuat dalam sediaan suspensi.
3.      Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
4.      Stabil secara kimia karena suspensi tidak mengalami perubahan secara kimia karena bahan aktifnya tidak larut sehingga tidak berinteraksi dengan pelarutnya.
5.      Kerjanya lebih cepat dibandingkan sediaan padat.
b)      Kerugian sediaan suspensi
Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut
1.      Tidak praktis dibawah bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
2.      Keseragaman dan keakuratan dosis tidak dapat dibandingkan dengan sediaan tablet
3.      Efektifitas formulasi sulit dicapai karena dalam pembuatannya lebih sulit dibandngkan tablet.
4.      Terjadinya sedimentasi zat atau bahan obat yang tidak  terlarut.









Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu.Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya.Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier.Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya
2.    Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum ” STOKES”
 3.    Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.


4.    Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut.Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir.Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut.Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a.    Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid.Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi bakteri.



·      Termasuk golongan gom
Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin
·      Golongan bukan gom
Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum
b.    Bahan pensuspensi sintesis
·      Derivat Selulosa
Contohnya : Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
·      Golongan organk polimer
Contohnya : Carbaphol 934.

                        Kriteria Suspensi yang baik
Menurut RPS 18th  ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi dalam formulasi suspensi yang baik :
1.      Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dimana partikel ini tidak mengendap dengan cepat dalam wadah.
2.      Bagaimana juga, dalam peristiwa terjadinya sedimentasi, sediment harus tidak membentuk endapan yang keras. Endapan tersebut harus dapat terdispersi kembali dengan usaha yang minimum dari pasien.
3.      Produk harus mudah untuk dituang, memiliki rasa yang menyenangkan dan tahan terhadap serangan mikroba.


Menurut pdf. Liberman, Suspensi yang ideal atau suspensi yang diinginkan harusnya memiliki :
1.      Idealnya bahan-bahan terdispersi harus tidak mengendap dengan cepat pada dasar wadah. Bagaimanapun juga dikatakan termodinamika tidak stabil sebagai cenderung mengendap. Oleh karena itu, seharusnya siap didispersikan kembali membentuk campuran yang seragam dengan penggocokan sedang dan tidak membentuk cake.
2.      Sifat fisika seperti ukuran partikel dan viskositasnya tetap harus tetap konstan selama penyimpanan produk.
3.      Viskositasnya memungkinkan untuk mudah mengalir dari wadah (mudah dituang). Untuk penggunaan luar, produk harus cukup cair tersebar secara luas melalui daerah yang diinginkan dan tidak boleh terlalu bergerak.
4.      Suspensi untuk pemakaian luar sebaiknya cepat kering dan memberi lapisan pelindung yang elastis dan tidak cepat hilang.
5.      Harus aman, efektif, stabil, elegan secara farmasetik selama penyimpanan.
6.      Suspensi kembalinya harus menghasilkan campuiran yang homogen dari partikel obat yang sama yang dipindahkan secara berulang-ulang.












c.       Zat aktif

1.      Tetrasiklin HCL
Tetrasiklin merupakan salah satu obat antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S.
A.   ASAL DAN KIMIA
Antibiotic golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan ialah klortetrasiklin yang dhasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Sterptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin,tetapi juga ddapat diperoleh dari species Streptomyces lain.
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air,tetapi merupakan bentu garam natrium atau garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering,bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relative stabil. Dalam larutan,kebanyakan tetrasiklin sangat labil jadi cepat berkurang potensinya.
B.   MEKANISME KERJA
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotic ke dalam ribosom bakteri gram-negatif, pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik,ke dua ialah system transport aktif. Setelah masuk maka antibiotic berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya komplek tRNA – asam amino pada lokasi asam amino.
a. Efek antimikroba
Pada umumnya spectrum golongan tetrasiklin sama ( sebab mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing derivate terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini.
Golongan tetrasiklin termasuk antibiotic yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.




C.      SPEKTRUM ANTIMIKROBA
Tetrasklin memperlihatkan spectrum antibakteri yang luas meliputi kuman gram positif dan negative,aerobic dan anaerobic. Selain itu juga aktif terhadap spiroket, mikroplasma, riketsia, klmidia, legionela, dan protozoa tertentu.
Pada umumnya tetrasiklin tidak digunakan untuk pengobatan infeksi oleh sterptokokus karena aa obat lain yang lebih efektif yaitu penisilin G,eritromiin,sefaloporin : kecuali doksisiklin yang digunakan untuk pengobatan sinusitis pada orang dewasa yang disebabkan oleh Str. Pneumoniae dan Str.pyogenes. Banyak strain S. Aureus yang resisten terhadap tetrasiklin. Tetra siklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin dalam pengobatan infeksi batang gram positif seperti B.anthracis, Eryspelothrixrhusiopathiae, Clostridium tetani dan Listeria monocytogens.
Kebanyakan strain N.gonorrhoeae sensitive terhadap tetrasiklin, tetapi N. Gonorroheae sensitive terhadap tetrasiklin,tetapi N. Gonorrhoeae penghasil penisilinase (PPNG) biasanya resisten terhadap tetrasiklin.
Efektivitasnya tinggi terhadap infeksi batang gram-negatif seperti Brucella, Francisella tularensis, Pseudomonas mallei, Pseuodomonas pseudomallei, Vibrio cholera, Campylobacter fetus, Haemophilus ducreyi dan Calymmatobacterium granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella multocida, Spirillium minor, Leptotrichia buccalis, Bordetella pertusis, Acinetobacter dan Fusobacterium. Strain tertentu H.influinzae mungkin sensitive, tetapi E.colli, Klebsiella, Enterbacter, Proteus indol positif dan Pseudomonas umumnya resisten.
Tetrasiklin juga merupakan obat yang sangat efektif untuk infeksi Mycoplasma pneumonia, Ureaplasma urealyticum, Chlamiydia trachomatis, Chlamydia psittaci, dan berbagai riketsia. Selain itu obat ini juga aktif terhadap Borrelia recurentis, Treponema pallidum, Treponema pertenue, Actinomyces israelii. Dalam kadar tinggi antibiotic ini menghambat pertumbuhan Entamoeba histolytica.
RESISTENSI. Beberapa spesies kuman, terutama sterptokokus beta hemolitikus, E.coli, Pseudomonas aeruginosa, Str.pneumoniae, N.gonorrhoeae, Bacteroides, Shigella dan S.aureus makin meningkat resistensinya terhadap tetrasiklin. Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin biasana disertai resistensi terhadap semua tetrasiklin lainnya kecuali minosiklin pada resistensi S.aureus dan doksisiklin pada resistensi B.fragilis

D.      FARMAKOKINETIK
Absorpsi. Sekitar 30-80 % tetrasiklin diserapdaam saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi ini sebagian besar berlangsung dilambung dan usus halus bagian atas. Adanya makanan dalam lambung mengahmbat penyerapan golongan tetrasiklin,kecuali minosiklin dan doksisklin. Absorpsi berbagai jenis tetrasiklin dihambat dalam derajat tertentu oleh PH tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam antacid,dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. Tetrasiklin fosfat kompleks tidak terbukti lebih baik absorpsinya dari sediaantetrasiklin biasa.
E.       EFEK SAMPING
Efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu reaksi kepekaan, reaksi toksik dan iritatif serta reaksi yang timbul akibat perubahan biologic.
REAKSI KEPEKAAN. Reaksi kulit yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin ialah erupsi morbiliformis, urtikaria dan dernmatitis ekfoliatif. Reaksi yang lebih hebat ialah udem angioneurotik dan reaksi anafilaksis. Demam dan eosinofilia dapat pula tejadi pada waktu terapi berlangsung.Sensitisasi silang antara berbagai derivate tetrasiklin sering terjadi.
REAKSI TOKSIK DAN IRITATIF. Iritasi lambung paling sering terjadi pada pemberian tetrasiklin per oral,terutama dengan oksuitetrasiklin dan doksisiklin. Makin besar dosis yang diberikan,makin sering pula terjadi reaksi ini. Keadaan ini dapat diatasi dengan mengurangi dosis untuk sementara waktu atau memberikan golongan tetrasiklin bersama waktu atau makanan, tetapi jangan dengan susu atau antacid yang mengandung aluminium,magnesium atau kalsium. Diare seringkali timbul akibat iritasi dan ini harus dibedakan dengan diare akibat superinfeksi stafilokokus atau Clotridium difficile yang sangat bahaya. Manifestasi reaksi iritatif yang lain ialah terjadinya tromboflebitis pada pemberian IV dan rasa nyeri setempat bila golongan tetrasiklin disuntikan IM tanpa anastetik local.
Terapi dalam waktu lama juga dapat menimbulkan kelainan darah tepi seperti leukositosis, limfosit atipik, granulasi toksik pada granulosit dan trombositopenia. Reaksi fototoksik paling jarang timbul dengan tetrasiklin,tetapi paling sering timbul pada pemberian demetilklortetrasiklin. Manifestasinya berupa fotosensitivitas, kadang-kadang disertai demam dan eosinofiia. Pigmentasi kuku dan onikolisis, yaitu lepasnya kuku dari dasarnya, juga dapat terjadi.
Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian golongan tetrasiklin dosis tinggi (lebih dari 2 gram sehari) dan paling sering terjadi setelah pemberian parenteral. Oksitetrasiklin dan tetrasiklin mempunyai sifat hepatotoksik yang paling lemah dibandingkan dengan golongan tetrasiklin lain. Wanita hamil dengan pielonafritis paling sering menderita kerusakan hepar akibat pemberian golongan tetrasiklin. Kecuali doksisiklin,golongan tetrasiklin akan mengalami kumulasi dalam tubuh, karena itu dikontraindikasikan pada gagal ginjal.Efek samping yang paling sering timbul biasanya berupa azotemia,iperfosfatemia dan penurunan berat badan. Golongan tetrasiklin memperlambat koagulasidarah dan memperkuat efek antikoagulan kumarin. Diduga hal ini disebabkan oleh terbentuknya kelat dengan kalsium, tetapi mungkin juga karena obat-obat ini mempengaruhi sifat fisikokimia lipoprotein plasma.
Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedang tumbuh dan membentuk kompleks.pertumbuhan tulang akan terhambat sementara pada fetus dan anak bahaya ini terutama terjadi mulai pertengahan masa hamil sampai anak umur tiga tahun.Timbulnya kelainan ini lebih ditentukan oleh jumlah daripada lamanya penggunaan tetrasiklin.
Pada gigi susu maupun gigi tetap,tetrasiklin dapat menimbulkan disgenesis,perubahan warna permanen dan kecenderungan terjadinya karies.Perubahan warna bervariasi dari kuning coklat sampai kelabu tua.Karena itu tetrasiklin jangan digunakan mulai pertengahan kedua kehamilan sampai anak umur 8 tahun.Efek ini terlihat lebih sedikit pada oksitetrasiklin dan doksisiklin.

F.    DOSIS
Dosis tetrasiklin yang paling sering digunakan pada anak adalah 250 mg diberikan setiap 6 jam sekali dan penggunaannya sampai 5-7 hari saja. Pemberian ini akan menghasilkan kadar plasma puncak dalam tubuh sekitar 2-3 µg/ml. Jika kadar obat dalam plasma melewati batas normal akibat dari pemakaian dosis yang besar, frekuensi penggunaan obat yang lama dan berulang maka ditakutkan akan memberikan dampak pada gigi berupa perubahan warna.





 III.            Preformulasi dan Permasalahan Farmasetika
a)      Tetrasiklin Hidroklorida
Rumus molekul
C22H24N2O8.HCl
Pemerian
serbuk hablur, kuning; tidak berbau; agak higroskopis. Stabil di udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya matahari yang kuat dalam udara lembab menjadi gelap. Dalam larutan dengan pH lebih kecil dari 2 potensi berkurang dan cepat rusak dalam larutan alkali hidroksida.
Kelarutan
larut dalam air, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam larutan karbonat; sukar larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Sinonim
Tetracyclini Hydrochloridum
Penyimpanan
dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

b)     Sorbitol 70%
Rumus molekul
C6H14O6
Berat molekul
182,17
Pemerian
Serbuk, butiran atau kepingan; putih ; rasa manis ; higroskopis.
Kelarutan
Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam metanol dan dalam asam asetat.
Kegunaan
Bahan pembasah
Konsentrasi
70%
Stabilitas
Relatif inert dan kompatibel dengan sebagian besar bahan tambahan; stabil di udara.
Wadah & penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat.



c)      Sirupus Simplex
Pemerian
Cairan jernih, tidak berwarna
Warna
Tidak berwarna
Rasa
Manis
Bau
Tidak berbau
Kelarutan
Larut dalam air , mudah larut dalam air mendidih , sukar larut dalam eter
Titik Lebur
1800
Bobot Jenis
1,587 gram/mol
Stabilitas
ditempat sejuk
Kegunaan
Sebagai pemanis
                    

d)     Nipagin
Nama Lain
Metil Paraben
Warna , rasa , bau
Tidak berwarna , tidak berasa dan tidak berbau
Pemerian
hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur ,putih, mempunyai sedikit rasa terbakar
Kelarutan
sukar larut dalam air, sukar larut dalam benzena, sukar larut dalam tetraklorida, mudah larut dalam etanol, dan eter.
Titik lebur
1250 dan 1280
Stabilitas
Mudah terurai oleh cahaya
Inkompabilitas
Dengan senyawa bentonite, magnesium trisiklat ,talk, tragakan, sorbitol, atropin.
Kegunaan
Sebagai pengawet

e)      Aqua destilata
Nama Resmi
Aqua Destilata
Nama Lain
Aquades / air suling
Rumus Molekul
H2O
Berat Molekul
18,02
Pemerian
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan       tidak mempunyai rasa
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik

f)       Glycerol
Pemerian
Cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat
Kelarutan
Dapat tercampur dengan air % dengan etanol (95 % P), praktis tidak larut, dalam kloroform, dalam eter P & dalam minyak lemak.
Khasiat
Pemanis & pembasah (wetting agent)

g)      Talcum
Sinonim
talk, talcum venetum.
Pemerian
Serbuk hablur putih, sangat halus, berkilap, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
Khasiat
Zat tambahan.

h)      CMC Na atau Natrium Carboxy Metil Cellulose
Pemerian
Serbuk berwarna putih, tidak berasa, bergranul.   
Kelarutan
Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal; tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam  pelarut organik lain.
Berat jenis
0,52 g/ml
Ph
antara 6,5 dan 8,5
Kegunaan
Suspending agent
Konsentrasi
0,1 1,0 %
Stabilitas
Stabil dan higroskopis, dibawah kondisi Kelembapan tinggi dapat mengabsorpsi (>50%) air.

Wadah dan penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat.







i)        Acidum Citricum atau Asam Sitrat
Nama resmi
Acidum Citricum
Rumus molekul
C6H8O7.H2O
Berat molekul
192,1 (anhidrat); 210,1 (monohidrat).
Pemerian
Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai                                             halus,putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering.
Kelarutan
Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanol dan sukar larut eter



























    IV.            Metode
A.      Formula


Tiap 5ml mengandung :
R/ Tetracyclini Hydrochloridum         125mg
     Sorbitol solution 70%                    1.41 ml
     Glycerolum                                    0.125 ml
     Talcum                                           50 mg
     CMC Na                                        12.5 mg
     Acidum Citricum                           53 mg
     Methylis Parabenum                      6 mg
     Sirupus Simplex                             0.47 ml
     Dinatrii Hydrogenphosfat              70 mg
     Aqua dest                                       5 ml
 
 













B.     Perhitungan
§  Tetracycline hydrochloridum 125mg / 5ml x 300 = 7500mg
§  Sorbitol solutio 70% 1.41 ml / 5ml x 300 = 84.6 ml
§  Glycerolum 0.125 ml / 5 ml x 300 = 7.5 ml
§  Talcum 50 mg / 5ml x 300 = 3000 mg
§  Acidum citricum 53 mg / 5ml x 300 = 3180 mg
§  CMC Na 12.5mg / 5 ml x 300 = 750mg
§  Air untuk CMC Na 20 x 0.75 mg = 15 ml
§  Nipagin 6 mg / 5ml x 300 = 360mg
§  Sirupus simplex 0.47 ml / 5ml x 300 = 28.2 ml
§  Dinatrii Hydrogenphosfat 70mg / 5ml x 300 ml = 4200 mg
§  Aqua dest ad 300 ml














C.    Penimbangan
NO
Nama Obat
Penimbangan
1
Tetrasiklin HCL
7.5 gram
2
Sorbitol 70%
84,6 ml
3
Glycerol
7,5 ml
4
Talcum
3 gram
5
CMC Na
750 mg
6
Air untuk CMC Na
15 ml
7
Acidum citricum
3,18 gram
8
Methyl paraben
360 mg
9
Sirup simplex
28,2 ml
10
Dinatrii hydrogenphosfat
4,2 gram
11
Aqua dest
ad 300 ml

D.    Teknik Pembuatan
1.      Setarakan timbangan
2.      Timbang seluruh bahan obat
3.      Masukkan CMC Na kedalam cawan , lalu masukkan air sebanyak 15 ml kedalam cawan lalu lebur diatas waterbath ad mengental
4.      Masukkan leburan kedalam lumpang , lalu gerus
5.      Masukkan tetrasiklin, talcum , methyl paraben kedalam lumpang , gerus
6.      Masukkan sorbitol 70%  , glycerol , sirup simplex kedalam lumpang , gerus
7.      Masukkan larutan acidum citricum dan dinatrii hydrogenphosfat kedalam lumpang , gerus
8.      Lalu pindahkan kedalam beaker gelas
9.      Tambahkan aqua dest ad 300 ml

E.     Alat dan Bahan
Beaker glass
Lumpang dan Alu
Gelas Ukur
Piknometer
Timbangan
Anak Timbangan
Spatel
Serbet
Tissue
Cawan uap


      V.            Pembahasan Evaluasi Hari Pembuatan Tanggal 15 May 2015















    VI.            Kesimpulan

























  VII.            Daftar Pustaka

·         Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979.  Farmakope Indonesia edisi III , Jakarta:Departemen Kesehatan.
·         Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995.  Farmakope Indonesia edisi IV , Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004.
·          Ilmu Resep Teori jilid II, Jakarta: Departemen Kesehatan.
·         www.google.com
·         Buku Standar ISO ( Informasi Spesialite Obat)
·         Buku Standar Formularium Nasional





























VIII.            Kardus ESTAKLIN








































Brosur ESTAKLIN
Rounded Rectangle: ESTAKLIN®
Tetrasiklin hcl 125mg
Indikasi:
Bruselosis, pneumonia, demam yang disebabkan oleh Rickettsia, infeksi saluran kemih, bronkitis kronik. Psittacosis dan Lymphogranuloma inguinale. Juga untuk pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus dan Streptococcus pada penderita yang peka terhadap penisilin, disentri amuba, frambosia, gonore dan tahap tertentu pada sifilis.
Kontra Indikasi:
Penderita yang peka terhadap obat-obatan golongan Tetrasiklin. - penderita gangguan fungsi ginjal (pielonefritis akut dan kronis).
Komposisi: 
Tiap 5 ml mengandung tetrasiklin hcl 125 mg

Cara Kerja Obat: 
Tetrasiklin HCl termasuk golongan tetrasiklin, mempunyai spektrum luas dan bersifat bakteriostatik, cara kerjanya dengan menghambat pembentukan protein pada bakteri. 

Efek Samping: 
- Pada pemberian lama atau berulang-ulang, kadang-kadang terjadi superinfeksi bakteri atau jamur seperti:enterokolitis dan kandidiasis. 
- Gangguan gastrointestinal seperti: anoreksia, pyrosis, vomiting, flatulen dan diare. 
- Reaksi hipersensitif seperti: urtikaria, edema, angioneurotik, atau anafilaksis. 
- Jarang terjadi seperti: anemia hemolitik, trombositopenia,neutropenia dan eosinofilia. 

Peringatan dan Perhatian: 
- Hendaknya diminum dengan segelas penuh air +/- 240 ml untuk meminimkan iritasi saluran pencernaan. 
- Sebaiknya tetrasikli tidak diberikan pada kehamilan 5 bulan terakhir sampai anak berusia 8 tahun, karena menyebabkan perubahan warna gigi menjadi kuning dan terganggupertumbuhan tulang. 
- Penggunaan tetrasiklin pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal,dapat menimbulkan efek komulasi. 
- Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi hati, wanita menyusui. 
- Jangan minum susu atau makanan produk susu lainnya dalam waktu 1 - 3 jam setelah penggunaan Tetrasiklin. 

Dosis: 
- Dewasa: 4 kali sehari 250 mg - 500 mg. 
- Anak-anak di atas 8 tahun: sehari 25 - 50 mg/kg berat badan dibagi dalam 4 dosis, maksimum 1 g. 
Diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. 

Interaksi Obat: 
- Tetrasiklin membentuk kompleks khelat dengan ion-ion kalsium, magnesium, besi dan aluminium. Maka sebaiknya tidak diberikan bersamaan dengan tonikum-tonikum yang mengandung besi atau dengan antasida berupa senyawa aluminium, amgnesium. Susu mengandung banyak kalsium, sehingga sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan susu. 
- Pengobatan dengan tetrasiklin jangan dikombinasikan dengan penisilin atau sefalosporin. 
- Karbamazepin dan fenitoin: menurunkan efektifitas tetrasiklin secara oral. 
- Tetrasiklin akan memperpanjang kerja antikluogulan kumarin, sehingga proses pembekuan akan tertunda. 

Cara Penyimpanan: 
Simpan di tempat yang sejuk dan kering serta terlindung dari cahaya
PT. ES PHARMA
JAKARTA INDONESIA









 









































ETIKET ESTAKLIN









































EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI ESTAKLIN

SEDIMENTASI  Suhu Kamar
Evaluasi tanggal 15 May 2015
Evaluasi setelah seminggu
Volume awal
100 ml
Volume awal

Volume 5 menit kemudian
100 ml
Volume 5 menit

Volume 10 menit kemudian

Volume 10 menit

Volume 15 menit kemudian

Volume 15 menit


SEDIMENTASI Suhu Freezer
Evaluasi tanggal 15 May 2015
Evaluasi setelah seminggu
Volume awal
100 ml
Volume awal

Volume 5 menit kemudian
100 ml
Volume 5 menit

Volume 10 menit kemudian

Volume 10 menit

Volume 15 menit kemudian

Volume 15 menit


SEDIMENTASI Suhu Oven
Evaluasi tanggal 15 May 2015
Evaluasi setelah seminggu
Volume awal
100 ml
Volume awal

Volume 5 menit kemudian
100 ml
Volume 5 menit

Volume 10 menit kemudian

Volume 10 menit

Volume 15 menit kemudian

Volume 15 menit


PH UNIVERSAL
Evaluasi hari pertama
Suhu kamar
Suhu freezer
Suhu oven
Ph 2 – 3













ORGANOLEPTIS

Suhu kamar
Suhu freezer
Suhu oven
Warna



Bau



Rasa




PERHITUNGAN BJ
Rumus : massa suspense – massa air
masa botol kosong                          

Suhu Kamar : massa botol kosong             :
                         Massa botol + air                     :             
                         Massa botol + suspensi        :

Suhu freezer :  massa botol kosong          :
                         Massa botol + air                     :             
                         Massa botol + suspensi        :

Suhu Oven : : massa botol kosong             :
                         Massa botol + air                     :             
                         Massa botol + suspensi        :


VISKOSITAS
Evaluasi hari pertama
Suhu kamar
Suhu freezer
Suhu oven
Massa air : 1 detik



Massa suspensi : 2,84 detik








Pembahasan Setelah Evaluasi Hari ke 7