Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat ,
karunia , dan hidayah-Nya laj kami dapat menyelsaikan Laporan Praktikum Teknik
Semi Solid Dan Liquid ini , yaitu “ SUSPENSI – ESTAKLIN “ . Dan kami juga
berterima kasih pada Ibu Aries Meryta , S.Farm , Apt selaku Dosen mata kuliah
Laporan Praktikum Teknik Semi Solid Dan Liquid yang telah membimbing materi ini
kepada kami .
Kami
sangat berharap laporan ini dapat berguna dan dimengerti. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini masih terdapat kekurangan – kekurangan .
Untuk itu , kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di
masa yang akan datang , mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana
yang membangun .
Semoga
laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya . Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
terima kasih .
Jakarta
, 22 May 2015
Penyusun
Daftar
Isi
Kata Pengantar …………………………………………………… 1
Daftar Isi …………………………………………………… 2
I.Tujuan Percobaan …………………………………………………… 3
II.Latar Belakang …………………………………………………… 3
a. Teori
…………………………………………………………….. 3
b. Prinsip
…………………………………………………………... 4
c. Zat
aktif : Penggunaan , Farmakologi , Dosis
…………………. 10
III.Preformulasi
dan permasalahan farmasetika …………………… 14
a. Preformulasi
zat aktif …………………………………………… 14
b. Permasalahan
farmasetika ………………………………………. 15
IV.Metode …………………………………………………… 17
a. Formula
………………………………………………………… 18
b. Perhitungan
…………………………………………………….. 18
c. Penimbangan
…………………………………………………… 19
d. Prosedur
pembuatan …………………………………………. 19
e. Alat
dan Bahan ………………………………………………. 19
V.Pembahasan …………………………………………………………… 20
VI.Kesimpulan
…………….…………………………………………… 20
VII.Daftar Pustaka …………………………………………………… 21
VIII.Etiket …………………………………………………………… 22
Pembuatan
Dan Evaluasi Sediaan SUSPENSI - ESTAKLIN®
I.
Tujuan
Percobaan
1.
Mahasiswa dapat mengetahui formulasi dalam pembuatan sediaan suspensi
2.
Mahasiswa mampu menentukan basis
suspensi yang sesuai dengan zat aktif nya
3.
Mahasiswa mampu melakukan evaluasi
terhadap sediaan suspensi yang telah dibuatnya
II.
Latar
Belakang
a.
Teori
Menurut Lachman, Suspensi adalah sistem heterogen
dari 2 fase. Fase kontinyu atau eksternal biasanya berupa cairan atau semipadat
dan fase terdispersi atau internal terdiri dari bahan partikulat yang tidak
larut tetapi terdispersi dalam fase kontinyu, bahan tidak larut dapat ditujukan
untuk absorbsi fisiologis atau fungsi penyalutan internal atau eksternal.
Menurut
Farmakope Indonesia edisi IV, Suspensi
adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair.
Menurut
Farmakope Indonesia edisi III, Suspensi
adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
Menurut
DOM Marthin, Suspensi adalah proses penyiapan
bahan homogen yang terdiri dari fase terdispersi atau fase internal yaitu
padatan dan fase kontinyu yaitu cairan.
Menurut RPS
18th, Fisika kimia mendefinisikan kata
“suspensi” sebagai sistem dua fase yang terdiri dari serbuk terbagi halus yang
didispersikan dalam padatan, cairan atau gas.
Suspensi merupakan sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran
padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai
segera sebelum digunakan .
Suspensi merupakan termodinamika
tidak stabil, dimana terdapat padatan yang tidak larut dari suspensi yang
menyebabkan adanya tegangan antarmuka dan memerlukan energi bebas permukaan
untuk menstabilkannya sehingga
energi besas permukaan tidak sama dengan nol (∆ F≠0).
b.
Macam – Macam Suspensi
1. Suspensi
oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang
terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, yang ditujukan untuk
penggunaan oral.
2. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam cairan pembawa cair yang di tunjukkan untuk
penggunaan kulit.
3. Suspensi
tetes telinga adalah sediaan cair yang
mengandung partikel-partikel halus yang ditunjukan untuk di teteskan pada
telinga bagian luar.
4. Suspensi
oflamik adalah sedian cair steril yang mengandung partikel sangat halus yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
5. Suspensi
untuk injeksi terkontitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa
yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk
suspensi. Steril setelah penambahan bahan yang sesuai
Syarat – syarat Suspensi
Ø Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan
intrarektal
Ø Suspensi yang dinyatakan untuk di
gunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba.
Ø Suspense harus di kocok sebelum
digunakan
Ø Suspensi harus disimpan dalam
wadahtertutup rapat.
Ø
Suspensi terdispersi harus halus dan
tidak boleh mengendap
Ø
Jika dikocok harus segera
terdispersi kembali
Ø
Dapat mengandung zat tambahan untuk
menjamin stabilitas
Ø
Keketalan suspense tidak boleh
terlalu tinngi agar mudah di kocok dan di tuang.
Ø Karakteristik
suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspenoid tetap agak konstan untuk yang lama pada
penyimpanan
Ø Partikel padatan fase dispersi harus halus dan tidak boleh
cepat mengendap
Ø Kadar surfaktan yang digunakan tidak boleh mengiritasi atau
melukai kulit
Keuntungan dan Kerugian Suspensi
a) Keuntungan
sediaan suspensi, antara lain :
1. Bisa digunakan untuk
partikel / bahan obat yang tidak larut
2. Beberapa bahan obat tidak stabil
jika tersedia dalam bentuk larutan dapat dibuat dalam sediaan suspensi.
3. Obat dalam sediaan suspensi rasanya
lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung
kelarutannya.
4. Stabil secara
kimia karena suspensi tidak mengalami perubahan secara kimia karena bahan
aktifnya tidak larut sehingga tidak berinteraksi dengan pelarutnya.
5. Kerjanya lebih
cepat dibandingkan sediaan padat.
b)
Kerugian
sediaan
suspensi
Kerugian bentuk suspensi antara lain
sebagai berikut
1. Tidak praktis dibawah bila dibandingkan dalam bentuk
sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
2. Keseragaman dan
keakuratan dosis tidak dapat dibandingkan dengan sediaan tablet
3. Efektifitas
formulasi sulit dicapai karena dalam pembuatannya lebih sulit dibandngkan
tablet.
4. Terjadinya
sedimentasi zat atau bahan obat yang tidak
terlarut.
Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah
cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel.
Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1.
Ukuran
Partikel
Ukuran
partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya
tekan keatas dari cairan suspensi itu.Hubungan antara ukuran partikel merupakan
perbandingan terbalik dengan luas penampangnya.Sedangkan antar luas penampang
dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier.Artinya semakin besar ukuran
partikel maka semakin kecil luas penampangnya
2.
Kekentalan /
Viskositas
Kekentalan
suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin
kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat
dibuktikan dengan hukum ” STOKES”
3. Jumlah
Partikel / Konsentrasi
Apabila
didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel
tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan
antara partikel tersebut
Benturan itu
akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin
besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel
dalam waktu yang singkat.
4.
Sifat /
Muatan Partikel
Dalam suatu
suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang
sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi
antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan
tersebut.Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita
tidak dapat mempengruhi
Ukuran
partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser,
colloid mill dan mortir.Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan
dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan
tersebut.Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent
(bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan
pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a. Bahan
pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan
adalah jenis gom / hidrokoloid.Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat
air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan
terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan
menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh
panas, PH, dan proses fermentasi bakteri.
· Termasuk
golongan gom
Contonya : Acasia ( Pulvis gummi
arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin
· Golongan
bukan gom
Contohnya : Bentonit, Hectorit dan
Veegum
b. Bahan
pensuspensi sintesis
· Derivat
Selulosa
Contohnya : Metil selulosa, karboksi
metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
· Golongan
organk polimer
Contohnya : Carbaphol 934.
Kriteria Suspensi yang baik
Menurut RPS 18th ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi dalam formulasi
suspensi yang baik :
1. Partikel yang terdispersi harus
memiliki ukuran yang sama dimana partikel ini tidak mengendap dengan cepat
dalam wadah.
2. Bagaimana juga, dalam peristiwa
terjadinya sedimentasi, sediment harus tidak membentuk endapan yang keras.
Endapan tersebut harus dapat terdispersi kembali dengan usaha yang minimum dari
pasien.
3. Produk harus mudah untuk dituang,
memiliki rasa yang menyenangkan dan tahan terhadap serangan mikroba.
Menurut pdf.
Liberman, Suspensi
yang ideal atau suspensi yang diinginkan
harusnya memiliki :
1. Idealnya bahan-bahan terdispersi
harus tidak mengendap dengan cepat pada dasar wadah. Bagaimanapun juga
dikatakan termodinamika tidak stabil sebagai cenderung mengendap. Oleh karena
itu, seharusnya siap didispersikan kembali membentuk campuran yang seragam
dengan penggocokan sedang dan tidak membentuk cake.
2. Sifat fisika seperti ukuran partikel
dan viskositasnya tetap harus tetap konstan selama penyimpanan produk.
3. Viskositasnya memungkinkan untuk
mudah mengalir dari wadah (mudah dituang). Untuk penggunaan luar, produk harus
cukup cair tersebar secara luas melalui daerah yang diinginkan dan tidak boleh
terlalu bergerak.
4. Suspensi untuk pemakaian luar
sebaiknya cepat kering dan memberi lapisan pelindung yang elastis dan tidak
cepat hilang.
5. Harus aman, efektif, stabil, elegan
secara farmasetik selama penyimpanan.
6. Suspensi kembalinya harus
menghasilkan campuiran yang homogen dari partikel obat yang sama yang
dipindahkan secara berulang-ulang.
c.
Zat aktif
1. Tetrasiklin
HCL
Tetrasiklin
merupakan salah satu obat antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba.
Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis
protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri,
ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi
dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada sintesis protein,
kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S.
A. ASAL DAN KIMIA
Antibiotic golongan tetrasiklin yang
pertama ditemukan ialah klortetrasiklin yang dhasilkan oleh Streptomyces
aureofaciens. Kemudian
ditemukan oksitetrasiklin dari Sterptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara
semisintetik dari klortetrasiklin,tetapi juga ddapat diperoleh dari species
Streptomyces lain.
Tetrasiklin merupakan basa yang
sukar larut dalam air,tetapi merupakan bentu garam natrium atau garam HCl-nya
mudah larut. Dalam keadaan kering,bentuk basa dan
garam HCl tetrasiklin bersifat relative stabil. Dalam larutan,kebanyakan
tetrasiklin sangat labil jadi cepat berkurang potensinya.
B. MEKANISME KERJA
Golongan tetrasiklin menghambat
sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotic ke
dalam ribosom bakteri gram-negatif, pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal
hidrofilik,ke dua ialah system transport aktif. Setelah masuk maka antibiotic
berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya komplek tRNA – asam amino
pada lokasi asam amino.
a. Efek
antimikroba
Pada umumnya spectrum golongan
tetrasiklin sama ( sebab
mekanisme kerjanya sama), namun
terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing derivate terhadap
kuman tertentu. Hanya
mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini.
Golongan tetrasiklin termasuk
antibiotic yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat
sintesis protein kuman.
C.
SPEKTRUM ANTIMIKROBA
Tetrasklin memperlihatkan spectrum
antibakteri yang luas meliputi kuman gram positif dan negative,aerobic dan
anaerobic. Selain itu juga aktif terhadap spiroket, mikroplasma, riketsia, klmidia, legionela, dan protozoa tertentu.
Pada umumnya tetrasiklin tidak
digunakan untuk pengobatan infeksi oleh sterptokokus karena aa obat lain yang
lebih efektif yaitu penisilin G,eritromiin,sefaloporin : kecuali doksisiklin yang digunakan
untuk pengobatan sinusitis pada orang dewasa yang disebabkan oleh Str.
Pneumoniae dan Str.pyogenes. Banyak strain S. Aureus yang resisten
terhadap tetrasiklin. Tetra
siklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin dalam pengobatan infeksi
batang gram positif seperti B.anthracis, Eryspelothrixrhusiopathiae, Clostridium tetani dan Listeria monocytogens.
Kebanyakan strain N.gonorrhoeae
sensitive terhadap tetrasiklin, tetapi
N. Gonorroheae sensitive terhadap tetrasiklin,tetapi N. Gonorrhoeae penghasil penisilinase
(PPNG) biasanya resisten terhadap tetrasiklin.
Efektivitasnya tinggi terhadap
infeksi batang gram-negatif seperti Brucella, Francisella tularensis, Pseudomonas mallei, Pseuodomonas pseudomallei, Vibrio
cholera, Campylobacter fetus, Haemophilus ducreyi dan Calymmatobacterium
granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella
multocida, Spirillium minor, Leptotrichia buccalis, Bordetella pertusis, Acinetobacter
dan Fusobacterium. Strain tertentu H.influinzae mungkin sensitive, tetapi E.colli, Klebsiella, Enterbacter, Proteus indol positif dan
Pseudomonas umumnya resisten.
Tetrasiklin juga merupakan obat yang
sangat efektif untuk infeksi Mycoplasma pneumonia, Ureaplasma urealyticum, Chlamiydia trachomatis, Chlamydia psittaci, dan berbagai
riketsia. Selain itu obat ini juga aktif
terhadap Borrelia recurentis, Treponema
pallidum, Treponema pertenue, Actinomyces israelii. Dalam kadar tinggi antibiotic ini
menghambat pertumbuhan Entamoeba histolytica.
RESISTENSI. Beberapa spesies kuman, terutama sterptokokus beta hemolitikus, E.coli, Pseudomonas aeruginosa,
Str.pneumoniae, N.gonorrhoeae, Bacteroides, Shigella dan S.aureus makin meningkat
resistensinya terhadap tetrasiklin. Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin biasana disertai
resistensi terhadap semua tetrasiklin lainnya kecuali minosiklin pada
resistensi S.aureus dan doksisiklin pada resistensi B.fragilis
D. FARMAKOKINETIK
Absorpsi. Sekitar 30-80 % tetrasiklin
diserapdaam saluran cerna. Doksisiklin
dan minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi ini sebagian besar berlangsung
dilambung dan usus halus bagian atas. Adanya makanan dalam lambung mengahmbat penyerapan golongan
tetrasiklin,kecuali minosiklin dan doksisklin. Absorpsi
berbagai jenis tetrasiklin dihambat dalam derajat tertentu oleh PH tinggi dan
pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar
diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam
antacid,dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah
makan. Tetrasiklin fosfat kompleks tidak
terbukti lebih baik absorpsinya dari sediaantetrasiklin biasa.
E.
EFEK SAMPING
Efek samping yang mungkin timbul
akibat pemberian golongan tetrasiklin dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu
reaksi kepekaan, reaksi
toksik dan iritatif serta reaksi yang timbul akibat perubahan biologic.
REAKSI KEPEKAAN. Reaksi kulit yang mungkin timbul
akibat pemberian golongan tetrasiklin ialah erupsi morbiliformis, urtikaria dan dernmatitis
ekfoliatif. Reaksi yang lebih hebat ialah udem angioneurotik dan reaksi
anafilaksis. Demam dan eosinofilia dapat pula tejadi pada waktu terapi berlangsung.Sensitisasi
silang antara berbagai derivate tetrasiklin sering terjadi.
REAKSI TOKSIK DAN IRITATIF. Iritasi lambung paling sering
terjadi pada pemberian tetrasiklin per oral,terutama dengan oksuitetrasiklin
dan doksisiklin. Makin
besar dosis yang diberikan,makin sering pula terjadi reaksi ini. Keadaan ini dapat diatasi dengan
mengurangi dosis untuk sementara waktu atau memberikan golongan tetrasiklin
bersama waktu atau makanan, tetapi
jangan dengan susu atau antacid yang mengandung aluminium,magnesium atau
kalsium. Diare seringkali timbul akibat iritasi dan ini harus dibedakan dengan
diare akibat superinfeksi stafilokokus atau Clotridium difficile yang sangat
bahaya. Manifestasi reaksi iritatif yang
lain ialah terjadinya tromboflebitis pada pemberian IV dan rasa nyeri setempat
bila golongan tetrasiklin disuntikan IM tanpa anastetik local.
Terapi dalam waktu lama juga dapat
menimbulkan kelainan darah tepi seperti leukositosis, limfosit atipik, granulasi toksik pada granulosit dan
trombositopenia. Reaksi
fototoksik paling jarang timbul dengan tetrasiklin,tetapi paling sering timbul
pada pemberian demetilklortetrasiklin. Manifestasinya berupa fotosensitivitas, kadang-kadang disertai demam dan
eosinofiia. Pigmentasi kuku dan onikolisis, yaitu lepasnya kuku dari dasarnya, juga dapat terjadi.
Hepatotoksisitas dapat terjadi pada
pemberian golongan tetrasiklin dosis tinggi (lebih dari 2 gram sehari) dan
paling sering terjadi setelah pemberian parenteral. Oksitetrasiklin dan
tetrasiklin mempunyai sifat hepatotoksik yang paling lemah dibandingkan dengan
golongan tetrasiklin lain. Wanita
hamil dengan pielonafritis paling sering menderita kerusakan hepar akibat
pemberian golongan tetrasiklin. Kecuali doksisiklin,golongan tetrasiklin akan
mengalami kumulasi dalam tubuh, karena
itu dikontraindikasikan pada gagal ginjal.Efek samping yang paling sering
timbul biasanya berupa azotemia,iperfosfatemia dan penurunan berat badan. Golongan tetrasiklin memperlambat
koagulasidarah dan memperkuat efek antikoagulan kumarin. Diduga hal ini disebabkan oleh
terbentuknya kelat dengan kalsium, tetapi mungkin juga karena obat-obat ini mempengaruhi sifat
fisikokimia lipoprotein plasma.
Tetrasiklin terikat pada jaringan
tulang yang sedang tumbuh dan membentuk kompleks.pertumbuhan tulang akan
terhambat sementara pada fetus dan anak bahaya ini terutama terjadi mulai pertengahan masa hamil
sampai anak umur tiga tahun.Timbulnya kelainan ini lebih ditentukan oleh jumlah
daripada lamanya penggunaan tetrasiklin.
Pada gigi susu maupun gigi
tetap,tetrasiklin dapat menimbulkan disgenesis,perubahan warna permanen dan
kecenderungan terjadinya karies.Perubahan warna bervariasi dari kuning coklat
sampai kelabu tua.Karena itu tetrasiklin jangan digunakan mulai pertengahan
kedua kehamilan sampai anak umur 8 tahun.Efek ini terlihat lebih sedikit pada
oksitetrasiklin dan doksisiklin.
F.
DOSIS
Dosis
tetrasiklin yang paling sering digunakan pada anak adalah 250 mg diberikan
setiap 6 jam sekali dan penggunaannya sampai 5-7 hari saja. Pemberian ini akan
menghasilkan kadar plasma puncak dalam tubuh sekitar 2-3 µg/ml. Jika kadar obat
dalam plasma melewati batas normal akibat dari pemakaian dosis yang besar,
frekuensi penggunaan obat yang lama dan berulang maka ditakutkan akan
memberikan dampak pada gigi berupa perubahan warna.
III.
Preformulasi
dan Permasalahan Farmasetika
a)
Tetrasiklin
Hidroklorida
Rumus
molekul
|
C22H24N2O8.HCl
|
Pemerian
|
serbuk hablur, kuning; tidak berbau; agak higroskopis.
Stabil di udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya matahari yang kuat
dalam udara lembab menjadi gelap. Dalam larutan dengan pH lebih kecil dari 2
potensi berkurang dan cepat rusak dalam larutan alkali hidroksida.
|
Kelarutan
|
larut dalam air, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam
larutan karbonat; sukar larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.
|
Sinonim
|
Tetracyclini Hydrochloridum
|
Penyimpanan
|
dalam wadah tertutup rapat, tidak
tembus cahaya.
|
b)
Sorbitol
70%
Rumus
molekul
|
C6H14O6
|
Berat
molekul
|
182,17
|
Pemerian
|
Serbuk, butiran atau kepingan;
putih ; rasa manis ; higroskopis.
|
Kelarutan
|
Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol,
dalam metanol dan dalam asam asetat.
|
Kegunaan
|
Bahan pembasah
|
Konsentrasi
|
70%
|
Stabilitas
|
Relatif inert dan kompatibel dengan
sebagian besar bahan tambahan; stabil di udara.
|
Wadah
& penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup rapat.
|
c)
Sirupus
Simplex
Pemerian
|
Cairan
jernih, tidak berwarna
|
Warna
|
Tidak
berwarna
|
Rasa
|
Manis
|
Bau
|
Tidak
berbau
|
Kelarutan
|
Larut
dalam air , mudah larut dalam air mendidih , sukar larut dalam eter
|
Titik
Lebur
|
1800
|
Bobot
Jenis
|
1,587
gram/mol
|
Stabilitas
|
ditempat sejuk
|
Kegunaan
|
Sebagai pemanis
|
d)
Nipagin
Nama
Lain
|
Metil
Paraben
|
Warna
, rasa , bau
|
Tidak
berwarna , tidak berasa dan tidak berbau
|
Pemerian
|
hablur kecil, tidak berwarna atau
serbuk hablur ,putih, mempunyai sedikit rasa terbakar
|
Kelarutan
|
sukar
larut dalam air, sukar larut dalam benzena, sukar larut dalam tetraklorida,
mudah larut dalam etanol, dan eter.
|
Titik
lebur
|
1250
dan 1280
|
Stabilitas
|
Mudah
terurai oleh cahaya
|
Inkompabilitas
|
Dengan senyawa bentonite,
magnesium trisiklat ,talk, tragakan, sorbitol, atropin.
|
Kegunaan
|
Sebagai
pengawet
|
e)
Aqua
destilata
Nama
Resmi
|
Aqua
Destilata
|
Nama
Lain
|
Aquades
/ air suling
|
Rumus
Molekul
|
H2O
|
Berat
Molekul
|
18,02
|
Pemerian
|
Cairan
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa
|
Penyimpanan
|
Dalam
wadah tertutup baik
|
f)
Glycerol
Pemerian
|
Cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna, tidak berbau,
manis diikuti rasa hangat
|
Kelarutan
|
Dapat tercampur dengan air % dengan etanol (95 % P),
praktis tidak larut, dalam kloroform, dalam eter P & dalam minyak lemak.
|
Khasiat
|
Pemanis & pembasah (wetting
agent)
|
g)
Talcum
Sinonim
|
talk, talcum venetum.
|
Pemerian
|
Serbuk hablur putih, sangat halus,
berkilap, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
|
Khasiat
|
Zat tambahan.
|
h)
CMC
Na atau Natrium Carboxy Metil Cellulose
Pemerian
|
Serbuk berwarna putih, tidak
berasa, bergranul.
|
Kelarutan
|
Mudah terdispersi dalam air
membentuk larutan koloidal; tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain.
|
Berat
jenis
|
0,52 g/ml
|
Ph
|
antara 6,5 dan 8,5
|
Kegunaan
|
Suspending agent
|
Konsentrasi
|
0,1 – 1,0 %
|
Stabilitas
|
Stabil dan higroskopis, dibawah kondisi Kelembapan tinggi
dapat mengabsorpsi (>50%) air.
|
Wadah
dan penyimpanan
|
Dalam wadah tertutup rapat.
|
i)
Acidum
Citricum atau Asam Sitrat
Nama resmi
|
Acidum Citricum
|
Rumus
molekul
|
C6H8O7.H2O
|
Berat
molekul
|
192,1 (anhidrat); 210,1 (monohidrat).
|
Pemerian
|
Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul
sampai halus,putih; tidak
berbau atau praktis tidak berbau; rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar dalam
udara kering.
|
Kelarutan
|
Larut dalam kurang dari 1 bagian
air dan dalam 1,5 bagian etanol dan sukar larut eter
|
IV.
Metode
A.
Formula
|
B.
Perhitungan
§ Tetracycline
hydrochloridum 125mg / 5ml x 300 = 7500mg
§ Sorbitol
solutio 70% 1.41 ml / 5ml x 300 = 84.6 ml
§ Glycerolum
0.125 ml / 5 ml x 300 = 7.5 ml
§ Talcum
50 mg / 5ml x 300 = 3000 mg
§ Acidum
citricum 53 mg / 5ml x 300 = 3180 mg
§ CMC
Na 12.5mg / 5 ml x 300 = 750mg
§ Air
untuk CMC Na 20 x 0.75 mg = 15 ml
§ Nipagin
6 mg / 5ml x 300 = 360mg
§ Sirupus
simplex 0.47 ml / 5ml x 300 = 28.2 ml
§ Dinatrii
Hydrogenphosfat 70mg / 5ml x 300 ml = 4200 mg
§ Aqua
dest ad 300 ml
C.
Penimbangan
NO
|
Nama Obat
|
Penimbangan
|
1
|
Tetrasiklin HCL
|
7.5 gram
|
2
|
Sorbitol 70%
|
84,6 ml
|
3
|
Glycerol
|
7,5 ml
|
4
|
Talcum
|
3 gram
|
5
|
CMC Na
|
750 mg
|
6
|
Air untuk CMC Na
|
15 ml
|
7
|
Acidum citricum
|
3,18 gram
|
8
|
Methyl paraben
|
360 mg
|
9
|
Sirup simplex
|
28,2 ml
|
10
|
Dinatrii
hydrogenphosfat
|
4,2 gram
|
11
|
Aqua dest
|
ad 300 ml
|
D.
Teknik
Pembuatan
1. Setarakan
timbangan
2. Timbang
seluruh bahan obat
3. Masukkan
CMC Na kedalam cawan , lalu masukkan air sebanyak 15 ml kedalam cawan lalu
lebur diatas waterbath ad mengental
4. Masukkan
leburan kedalam lumpang , lalu gerus
5. Masukkan
tetrasiklin, talcum , methyl paraben kedalam lumpang , gerus
6. Masukkan
sorbitol 70% , glycerol , sirup simplex
kedalam lumpang , gerus
7. Masukkan
larutan acidum citricum dan dinatrii hydrogenphosfat kedalam lumpang , gerus
8. Lalu
pindahkan kedalam beaker gelas
9. Tambahkan
aqua dest ad 300 ml
E.
Alat dan Bahan
Beaker glass
Lumpang dan Alu
Gelas Ukur
Piknometer
Timbangan
Anak Timbangan
Spatel
Serbet
Tissue
Cawan uap
V.
Pembahasan
Evaluasi Hari Pembuatan Tanggal 15 May 2015
VI.
Kesimpulan
VII.
Daftar
Pustaka
·
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III ,
Jakarta:Departemen Kesehatan.
·
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV ,
Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004.
·
Ilmu
Resep Teori jilid II, Jakarta: Departemen Kesehatan.
·
Buku
Standar ISO ( Informasi Spesialite Obat)
·
Buku
Standar Formularium Nasional
VIII.
Kardus
ESTAKLIN
Brosur ESTAKLIN
ETIKET ESTAKLIN
EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI ESTAKLIN
SEDIMENTASI Suhu Kamar
Evaluasi
tanggal 15 May 2015
|
Evaluasi
setelah seminggu
|
||
Volume
awal
|
100 ml
|
Volume
awal
|
|
Volume
5 menit kemudian
|
100 ml
|
Volume
5 menit
|
|
Volume
10 menit kemudian
|
|
Volume
10 menit
|
|
Volume
15 menit kemudian
|
|
Volume
15 menit
|
|
SEDIMENTASI Suhu Freezer
Evaluasi
tanggal 15 May 2015
|
Evaluasi
setelah seminggu
|
||
Volume
awal
|
100 ml
|
Volume
awal
|
|
Volume
5 menit kemudian
|
100 ml
|
Volume
5 menit
|
|
Volume
10 menit kemudian
|
|
Volume
10 menit
|
|
Volume
15 menit kemudian
|
|
Volume
15 menit
|
|
SEDIMENTASI Suhu Oven
Evaluasi
tanggal 15 May 2015
|
Evaluasi
setelah seminggu
|
||
Volume
awal
|
100 ml
|
Volume
awal
|
|
Volume
5 menit kemudian
|
100 ml
|
Volume
5 menit
|
|
Volume
10 menit kemudian
|
|
Volume
10 menit
|
|
Volume
15 menit kemudian
|
|
Volume
15 menit
|
|
PH UNIVERSAL
Evaluasi hari pertama
|
Suhu kamar
|
Suhu freezer
|
Suhu oven
|
Ph 2 – 3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
ORGANOLEPTIS
|
Suhu kamar
|
Suhu freezer
|
Suhu oven
|
Warna
|
|
|
|
Bau
|
|
|
|
Rasa
|
|
|
|
PERHITUNGAN BJ
Rumus
: massa suspense – massa air
masa botol kosong
Suhu Kamar : massa botol kosong :
Massa botol + air :
Massa botol + suspensi
:
Suhu freezer : massa botol kosong :
Massa botol + air :
Massa botol + suspensi
:
Suhu Oven : : massa botol kosong :
Massa botol + air :
Massa botol + suspensi
:
VISKOSITAS
Evaluasi hari pertama
|
Suhu kamar
|
Suhu freezer
|
Suhu oven
|
Massa air : 1 detik
|
|
|
|
Massa suspensi : 2,84 detik
|
|
|
|
Pembahasan Setelah Evaluasi Hari ke 7